Selasa, 27 April 2010

Kisah-kisah untuk belajar berSABAR

SABAR. Emang kata itu gampang banget diucapkan setiap orang tapi sangat susah diterapkan. Orang yang bersabar akan disayang Tuhan, begitulah kalimat berisi nasihat yang sudah awam dilontarkan masyarakat kita. Memang benar kok, Tuhan menyukai orang yang sabar. Cuma kalo boleh jujur..., sabar tu emang harus dipaksakan dalam hati masing-masing individu.



Belajar bersabar emang bukan sekedar belajar dari teori, tapi lebih kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bicara tentang kesabaran, saya lebih menyukai belajar dari orang-orang sekitar. Misalnya ketika saya sakit, saya akan mengingat penyakit berat yang diidap Bapak saya sampai akhirnya beliau tiada. Bapak saya mengidap komplikasi penyakit gagal ginjal, DM dan hipertensi. Dan tak pernah sekalipun mengeluh akan penyakitnya. Tidak pernah bilang kesakitan, tidak pernah mengaduh. Beliau berzikir dan terus berzikir. Ketika suatu hari saya bertanya pada beliau,

"Sakit sekali ya, pak, rasanya?"

"Doakan bapak saja ya, biar cepet sembuh", jawab beliau selalu.

Tidak pernah menangis akan sakitnya. Selalu tersenyum, Padahal ketika saya melihat orang-orang yang sakit seperti Bapak, sungguh luar biasa reaksinya, mereka banyak yang menjerit-njerit mengaduh kesakitan. Bapak selalu memberi nasihat-nasihat yang sangat berharga pada anak-anaknya sebelum berpulang ke Rahmatullah. Ya Allah, begitu sabarnya Bapak menerima ujianmu, tidak pernah sekalipun berkeluh kesah. Tempatkanlah Bapak di tempat terbaik-Mu, Yaa Rabbi...



Dan ketika ditimpa kemalangan, saya akan mengingat kemalangan yang menimpa teman sekaligus tetangga saya di komplek, Yessi namanya. Yessi, seusia dengan saya, dan harus menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit LUPUS pada tahun 2004,waktu itu dia belum selesai kuliah..... LUPUS adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh

sistim imun, dimana seharusnya sistim ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri (mengutip dari website litbang depkes)..... LUPUS menggerogoti tubuhnya hingga akhirnya maut menjemputnya pada bulan Maret 2009. Selama 5 tahun mengidap LUPUS, Yessi tidak pernah kelihatan murung. Meskipun saya baru mengenalnya selama setahun terakhir dalam hidupnya, namun saya kagum dengan semangat hidupnya. Dia sangat periang, ramah, dan sangat santai menyikapi penyakitnya. Dia bisa menyelesaikan kuliahnya, sempat bekerja, dan bahkan pada bulan Agustus 2008, dia menikah dengan pria pujaan hatinya. Pernikahan yang digelar di Wisma KAGAMA itu berlangsung meriah, dan bahkan waktu itu saya tidak mengetahui kalo Yessi mengidap LUPUS. Dia nampak berseri-seri dan senyum selalu tersungging di bibirnya.



Baru dua bulan setelah pernikahannya itu, saya mengetahui kalo Yessi mengidap LUPUS, dari penuturannya sendiri. Waktu itu, kesehatan Yessi memang sedang menurun. Kalo berjalan harus pake tongkat dan kadang pake kursi roda. Saya memang belum tahu karena saya termasuk orang baru di kompleks, selain itu waktu itu saya memang masih sering bolak-balik ke rumah ortu karena saya sedang hamil muda. Saat itu, saya mengira Yessi mendapat kecelakaan sampai harus pakai tongkat kalau berjalan. Ketika Yessi menceritakan tentang kondisi sebenarnya, saya sangat kaget, kasihan sekaligus kagum dengannya. Kasihan dengan kondisinya yang semakin menurun tiap harinya dan kasihan dengan kehidupan ke depannya, karena kondisinya tersebut Yessi belum diperbolehkan untuk mempunyai anak. Namun saya juga kagum dengan semangat hidupnya yang tinggi, pantang menyerah, tidak putus asa dan selalu ceria. Yessi di mata saya adalah wanita yang humoris, suka ketawa, pinter bikin lelucon. Hingga orang-orang di sekitarnya pasti ketawa dibuatnya. Yang tak kalah sabar atas penyakit yang diderita Yessi adalah suami dan orangtuanya. Suami Yessi adalah laki-laki yang sabar, yang menikahi Yessi apa adanya meski Yessi sudah divonis menderita LUPUS. Demikian juga orangtuanya, terutama Mama Yessi yang setiap hari membuatkan jus buah untuk Yessi. Mama Yessi adalah salah seorang yang terpukul atas kematian Yessi, namun Mama Yessi seperti halnya Yessi, orang yang sabar menghadapi cobaan hidup dari-Nya. Detik-detik terakhir dalam hidup Yessi, ketika kesehatannya semakin menurun dan menurun, sebuah puisi berhasil dipersembahkannya untuk orang-orang yang dikasihi,





Selamat tinggal orang yang menyayangiku...

Selamat tinggal teman-temanku...

Maafkan aku atas segala kesalahanku,

baik yang disengaja ataupun

yang tidak disengaja...

Aku pergi karena sudah waktunya

aku dipanggil oleh

Yang Maha Kuasa...

Selamat tinggal...

(Yessi Widyarti Hadi)



puisi ini saya tulis seperti aslinya dari buku kenangan Yessi.





Yessi, hanyalah kisah nyata masa kini yang bisa saya jadikan salah satu contoh dalam bersabar. Tentunya Masih banyak kisah-kisah lain yang bisa dijadikan contoh, terutama kisah tentang kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi orang-orang yang memusuhinya. Dan memang sudah seharusnya kita bisa melakukan kesabaran jika mengingat segala kenikmatan yang Allah berikan. Ya Allah..., jadikanlah kami semua orang-orang yang bersabar dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu..., amin...^_^





Tidak ada komentar:

Posting Komentar