Minggu, 11 April 2010

Gatal? ih...., jangan lagi deh

Rasanya memang sangat menjengkelkan bila kulit mengalami gatal-gatal. Sebelumnya saya tak tahu penyebab mengapa di beberapa bagian kulit saya mengalami gatal-gatal yang hebat. Luar biasa gatalnya rasanya sampai mau nangis. Apalagi kalau malam hari, sungguh tersiksa sekali rasanya. Mengapa gatal itu datangnya ketika malam hari. Mau tak mau pasti menggaruk untuk mengurangi gatal sementara, namun jangan dikira langsung sembuh melainkan malah tambah parah dan menjadi-jadi. Kulit semakin meradang dan berair. Saya selalu menjaga kebersihan badan, saya sangat yakin gatal-gatal itu bukanlah jamur.



Dan benar juga dugaan saya ketika dokter yang memeriksa menyatakan kulit saya mengalami alergi bukan jamur. Alergi yang kemungkinan besar disebabkan oleh makanan. "Lalu, makanan apakah yang menyebabkan kulit saya alergi hebat seperti ini, pak dokter?", tanyaku waktu itu. Dokter mengatakan, bagi penderita dermatitis atopik, biasanya sangat sensitif terhadap udang, cumi-cumi, ikan-ikan laut, telur, yang amis-amis pokoknya. Dan emang betul apa yang dikatakan dokter, selama ini saya memang hobi sekali mengonsumsi udang, cumi-cumi, ikan tuna, ikan kerapu, ikan cucut dan juga telur ayam beserta daging ayam broiler. Tapi saya tak puas bertanya sampai situ saja. "Kenapa dulu saya tidak alergi dan kenapa baru sekarang, Pak dokter?", tanya saya lagi. Dokter menjelaskan, jika dermatitis atopik itu bersifat keturunan, pasti ada riwayat keluarga yang juga mengalami hal yang sama. Dan munculnya alergi terhadap suatu makanan ataupun zat-zat kimia tertentu tidak mesti dimulai dari masih kecil. Munculnya alergi bisa ketika masih bayi, anak-anak, remaja, dewasa bahkan waktu usia sudah senja bisa saja baru muncul alergi. Bagi penderita dermatitis atopik, emang harus menghindari pemicunya jika tidak ingin alerginya kambuh, begitu nasihat dokter waktu itu.



Udang, cumi-cumi, ikan laut dan kroni-kroninya seketika bisa kuhindari. Mengikuti anjuran dokter dan menghabiskan obat yang diberikan mempercepat penyembuhan. Dan setelah beberapa saat alergi pergi, tak selang berapa lama alergi kulit itu datang lagi. Parah, lebih parah dari sebelumnya. Dan kali ini saya ingin mengevaluasi diri sendiri sebelum memutuskan kembali ke dokter. Saya berselancar di dunia maya mencari tahu tentang dermatitis atopik, hal-hal yang harus dihindari dan obat yang alami untuk penyembuhannya. Saya masih menyusui, jadi saya mencari obat-obat alami agar ASI saya tidak terkontaminasi. Titik terang kembali saya temui melalui internet, salah satu kebiasaan saya selama ini yang memperparah alergi kulit saya, yaitu mengonsumsi susu sapi. Susu sapi juga bisa memicu alergi. Astaghfirullah, Ya Allah, saya harus mengonsumsi apalagi jika ini-itu memicu alergi. Selama ini, saya aman-aman saja mengonsumsi susu sapi. Bahkan dulu ketika hamil, tiap hari saya bisa minum 2-3 gelas setiap hari susu sapi khusus ibu hamil, dan terbukti aman. Bahkan sampai saya menyusui, saya masih minum susu sapi khusus ibu menyusui 2 gelas sehari, dan masih aman pula sampai anak saya umur 1 tahun. Baru sekitar 2 bulan ini tubuh saya bereaksi tidak bersahabat terhadap susu sapi, yaitu alergi kulit yang mengerikan.



Kini, saya sudah berhasil menjauhi susu sapi. Dan untuk menunjang gizi saya selama menyusui, saya mengganti susu sapi dengan sari kacang hijau dan madu. Saya kurang tertarik untuk mengganti dengan susu kedelai karena menurut penelitian susu kedelai terbukti punya efek yang kurang bagus bagi tubuh manusia, terutama kaum hawa. Dengan semangat yang gigih, kini alergi di kulit saya mereda dan hampir sembuh total. Saya cukup mengganti pola hidup saya, meski berat tapi harus saya jalani dengan semangat biar alergi kulit yang sangat menyiksa itu tak datang lagi. Selain itu saya giat makan buah tomat dan wortel yang bisa mengurangi alergi kulit. Untuk lauk, lebih aman makan ikan air tawar, tempe, telur-ayam kampung, dan masih banyak lagi. Kapok sekali rasanya punya alergi kulit seperti itu. Ibu saya sampai merinding melihat alergi kulit yang menimpa saya waktu itu. Bagi yang punya alergi kulit seperti saya, jangan khawatir, asalkan kita hindari pemicunya insya Allah alergi kulit tak akan berani nongol lagi. Semangat....^^

1 komentar:

  1. saya juga punya dermatitis atopik mbak.. sampe sekarang belum sembuh, udah bertahun-tahun.. saya alergi cokelat, kacang, dan telur..
    Apakah susu juga ya? saya baru tau.. berarti saya harus berhenti minum susu ya?

    BalasHapus