Rabu, 07 April 2010

Baby Sitter, perlukah?

Sampai detik ini, kami belum bisa melepas buah hati kami kepada orang lain yang tidak ada hubungan saudara atau kerabat. Banyak pertimbangan yang menyebabkannya, sehingga saya (bundanya Attar) sampai sekarang belum punya lagi semangat untuk kerja di luar rumah.



Pertimbangan pertama, Putra kami sangat tergantung pada ASI untuk minumannya.  Jadi saya harus selalu didekatnya, tidak mungkin meninggalkannya lama-lama. Susu Sapi sebenarnya mau, tapi alergi hingga kulitnya gatal-gatal seperti bisulan. Waktu itu, pernah kami mencoba memberikan Nutrilon Royal padanya, Attar sebenarnya menyukainya tapi ternyata langsung alergi. Setelah konsultasi dengan dokter anak, akhirnya kami dianjurkan untuk menggantinya dengan susu soya. Kami mencobanya dengan Nutrilon Soya, ternyata Attar tidak menyukai rasanya, mungkin rasa ‘langu’ yang membuatnya tidak suka. Dan sebagai orangtua, kami tidak patah semangat, kami mencoba lagi dengan memberikan susu soya dari merk lain, kami mencoba Procal Gold, dan ternyata Attar juga tidak menyukainya, langsung muntah waktu diminumin. Sekarang kami memang harus lebih bersabar dan mencoba melatihnya terus-menerus dengan minuman alternatif, seperti jus buah, air putih, air madu, dan yang lainnya. Sudah mulai mau, tapi masih beberapa teguk saja. Kami akan terus mencobanya, semangat...!



Pertimbangan kedua, kami belum percaya dengan pengasuh. Di lingkungan kompleks perumahan yang kami tinggali, banyak anak-anak balita yang diasuh oleh baby sitter. Dan banyak diantara mereka yang menjadi tidak kenal dengan orangtuanya. Ketika baby sitternya pulang, anak-anak itu tidak mau makan, dan ketika ditanya alasannya jawabannya mau nunggu embaknya pulang. Ada pula yang tidak mau digendong oleh ibunya sendiri. Kalo sudah begitu, sebenarnya anak-anak itu anak siapa sih???, masa’ sama ortunya sendiri seperti orang asing. Dan kadang, saya melihat dengan mata kepala sendiri, baby sitter memperlakukan anak-anak secara kasar. Pingin bilang sama ortunya, tapi ternyata ortunya juga bersikap kasar terhadap anaknya, jadi....ya sudah, mending diam saja...^^.



Pertimbangan ketiga, sekarang sudah mulai banyak TPA (tempat penitipan anak) yang dikelola oleh para pendidik yang mumpuni dalam hal pendidikan anak. Rencananya, kami akan menyekolahkannya (menitipkannya) di TPA kalau Attar sudah tidak ketergantungan terhadap ASI, kurang lebih usia 2 tahun gitu deh. Kami akan lebih percaya jika buah hati kami dititipkan di TPA karena pengajarnya berpendidikan dan sudah terlatih mendidik anak dengan kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar