Kamis, 01 Januari 2015

Alone

Pagi ini, 2 Januari 2015, awal tahun yang diliputi gerimis. Aku dapat jadwal piket masuk kantor di hari Jum'at ini. Dari rumah kondisi cuaca hujan gerimis, pun di sepanjang jalan menuju kantor juga diselimuti gerimis. Tadinya mau mengajak serta Attar yang kebetulan masih libur sekolah, namun karena cuaca sedang kurang bagus, maka kuurungkan niatku.

Sampai kantor pukul 06.50 WIB, segera kubuka pintu dengan tiga kunci utama, dua diantaranya kunci gembok. Tapiii, begitu mau masuk kok singup ya, maklum liburan membuat kantor sepi. Dan aku adalah satu-satunya yang piket hari ini. Teman-temanku sudah piket kemarin-kemarin dan kolektif. Wuaaa, aku alone di kantor yanh terkenal "serem" ini. Bismillah aja deh, hanya takut sama Allah. Buka-buka blog lagi, nulis lagi, kan seru daripada bengong, hehe. Dan parahnya ini adalah tulisan pertamaku di blog setelah vakum setahun lebih. Alamakkkk, kemarin aku ngapain aja sih sampai gak sempat buka blog, apalagi nulis. Oke, ini adalah pembuka tulisan di awal tahun 2015 yang gemilang.

Harapanku di tahun ini, aku bisa lebih sukses dibanding tahun kemarin. Bisa menjadi makhluk Allah yang lebih beriman dan bertakwa. Bisa menjadi istri dan ibu yang lebih baik lagi. Bisa berkarya lebih hebat lagi. Bisa lebih bermanfaat bagi sesama. Bisa bekerja lebih baik lagi. Dan berhubung sedang lanjut kuliah, semoga kuliahku bisa kelar tahun ini dengan IPK yang cemerlang, aamiin....

Kamis, 12 Desember 2013

MENGAJARKAN ANAK SENANG BERBAGI

Berbagi atau bersedekah adalah salah satu kegiatan positif yang saya tanamkan kepada anak saya. Pembiasaan berbagi sejak dini melatihnya untuk mempunyai kepekaan sosial dan empati terhadap sekelilingnya. Seorang anak yang terlahir di dunia bagaikan kertas putih nan bersih yang siap diisi dengan tulisan dan lukisan terindah. Baik buruknya isi kertas tergantung peran orangtua dalam menorehkannya, meski lingkungan juga mempunyai andil yang tidak sedikit. Namun, tetap kita lah para orangtua yang akan menjadi pengisi utama, terutama pada awal masa kehidupan seorang anak.

Berbagi harus dijadikan salah satu nilai yang perlu diajarkan kepada anak karena jika tidak dilatih sejak kecil kebiasaan baik ini sulit untuk diterapkan di masa dewasanya. Saya menanamkan kebiasaan berbagi melalui tindakan nyata dan dongeng-dongeng sebelum tidur. Salah satu contohya adalah mengajaknya berbagi makanan dengan para tetangga dekat dan melibatkan anak saya dalam menyiapkan makanan yang akan dibagikan tersebut. Terkadang dia pun bertanya,
“Bunda, kenapa makanan ini harus dikasih ke orang? Attar kan juga suka makanan ini.”
“Mas Attar, kalau kita memberi sesuatu kepada orang lain itu harus yang baik, yang kita sendiri juga menyukainya. Mas Attar tidak usah khawatir, Bunda juga menyisakan makanan ini untukmu sayang.”

Dengan pertanyaan kritisnya itu saya menjelaskan bahwa berbagi kepada sesama itu yang paling baik adalah benda maupun makanan yang kita senangi juga. Dan dengan memberikannya teladan dan pengertian secara terus-menerus jiwa sosialnya akan terus tumbuh di dalam hatinya.

Dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak tidak perlu dengan teori yang panjang lebar dan muluk-muluk karena mereka belum memahaminya. Nilai-nilai yang disampaikan akan lebih mengena jika dilakukan dengan tindakan nyata. Anak adalah sang peniru ulung yang memiliki rekaman memori yang begitu kuat. Oleh karenanya pembiasaan hal baik di depan anak sangat berguna dalam membentuk moralnya.

DAN ATTAR PUN SENANG BERBAGI
Attar adalah putra pertama saya yang bulan Januari nanti tepat berusia lima tahun. Saat ini dia masih duduk di bangku sekolah jenjang TK A (nol kecil). Pembiasaan berbagi yang saya tanamkan pada Attar telah menjadi bagian dari kehidupan sosialnya baik di lingkungan sekolah maupun sekitar tempat tinggal.

Setiap hari Attar saya bekali makanan sehat untuk dibawanya ke sekolah. Bekal yang saya bawakan biasanya dalam jumlah yang banyak karena saya tahu Attar senang berbagi makanan dengan temannya. Adalah guru sekolahnya yang memberitahu kebiasaan baik Attar dalam berbagi kepada teman-temannya.

Saking semangatnya dalam berbagi, dia rela hanya makan sedikit dari bekalnya. Pernah dia kelaparan sampai rumah karena bekalnya habis padahal saya menyiapkan bekal yang lebih banyak dari biasanya. Setelah saya tanya apakah bekalnya tidak dimakan, Attar menjawab bekalnya dimakan tapi hanya sedikit karena banyak temannya yang diberi. Katanya dia kasihan sama teman-temannya yang kepingin mencicipi bekalnya.

KEBIASAAN BERBAGI DAPAT MEMPERBANYAK TEMAN 
Kebiasaannya dalam berbagi memudahkannya dalam bergaul sehingga Attar mempunyai banyak teman bermain. Selain itu, kebiasaan baiknya itu juga membuatnya disukai teman-temannya, dia pun sering diberi makanan bekal yang dibawa temannya di sekolah. Kegiatan berbagi memberi efek positif pada Attar dan teman-temannya. Kini teman-temannya pun turut senang berbagi. 

Saya senang dan bersyukur Attar mampu menerapkan nilai-nilai yang saya ajarkan dalam kehidupan kesehariannya. Bunda bangga sama kamu, nak, tetaplah menjadi seorang yang dermawan di sepanjang usiamu. Bunda sayang Attar ^^.



Attar yang selalu energik dan ceria ;)






Selasa, 05 November 2013

Tindakan Cerdas Seorang Ibu dalam Mengatasi Demam Anak Secara Alami




Ibu mana yang tidak sedih melihat buah hati kesayangannya sakit demam. Meski demam merupakan suatu keadaan yang wajar sebagai bentuk  sinyal pertahanan tubuh terhadap penyakit, namun orangtua tidak akan tega melihat anaknya kehilangan keceriaannya. Saat demam, seorang anak merasakan nyeri di tubuhnya yang membuatnya tidak nyaman dan rewel. Dampak lainnya adalah kehilangan selera makan yang membuat kondisinya semakin lemah dan lebih banyak berbaring di atas tempat tidurnya. Aktifitas bermain pun biasanya berkurang bahkan terhenti. Sebagai ibu, saya pun sedih jika anak saya mengalami hal tersebut.


Dulu, saat anak saya (Attar) berusia setahun pernah mengalami demam tinggi mendadak. Kejadian tersebut terjadi setelah saya mengajaknya jalan-jalan di suatu Mall yang ada di kota kami. Namun, bukannya keceriaan justru penyakit yang didapatkan. Sebagai ibu muda dan baru pertama kalinya memiliki anak, maka perasaan cemas pun menghinggapi pikiran saya. Apalagi saat itu Attar juga mengalami muntah-muntah yang tiada henti hingga tubuhnya lemas. Akhirnya Attar kami bawa ke rumah sakit terdekat dan dianjurkan untuk opname. 


Saat di rumah sakit, Attar tidak mau diberi obat penurun panas meski rasanya enak sekalipun. Selalu saja obatnya dimuntahkan. Sehingga jalan untuk menurunkan suhu tubuhnya adalah memberinya cairan melalui infus dan minuman. Selain itu, dokter menganjurkan saya untuk sering mengompresnya. Banyak pelajaran yang bisa saya petik hikmahnya, salah satunya adalah obat demam yang paling baik itu yang alami, seperti yang telah dicontohkan dokter saat di rumah sakit.

Setelah dua hari dirawat, syukur alhamdulillah Attar kembali sehat dan diperbolehkan pulang ke rumah. Dari hasil lab menunjukkan Attar terkena virus, kemungkinan besar berasal dari udara di Mall yang kami kunjungi. Sejak saat itu saya lebih senang mengajak Attar rekreasi ke taman ataupun pantai.

TINDAKAN CERDAS IBU
Belajar dari pengalaman membuat saya tak cemas lagi saat anak terserang demam. Dalam mengatasi demam pada anak tidak perlu berlebihan, kita bisa meredakan demam secara aman dan alami. Saat anak demam, saya tak buru-buru membawanya ke dokter ataupun memasukkan obat kimia ke dalam tubuhnya. Seorang Ibu adalah dokter terhebat bagi anaknya. Kasih sayang Ibu dan tindakan-tindakan cerdasnya akan cepat memulihkan kondisi anak yang sedang sakit. Tindakan cerdas itu adalah memilih cara-cara yang lebih alami dalam menurunkan demam pada anak, diantaranya :
1. Memberinya cairan sesering mungkin
Cairan bisa diberikan melalui minuman ataupun sop hangat. Cairan dapat menghindari dehidrasi dan menjaga kestabilan suhu tubuhnya.

2. Memijat lembut tubuhnya 
Memijat dapat melancarkan peredaran darah dan mengurangi nyeri tubuhnya. Biasanya anak mengalami nyeri saat terserang demam. Kasih sayang ibu melalui sentuhan-sentuhan tangannya adalah obat mujarab.

3. Kompres dengan menggunakan Fever Patch plester penurun demam dari Rohto
Alasan saya memilih plester ini adalah:
a. Cepat menurunkan demam anak
~ Fever patch merupakan pertolongan pertama pada demam 
   (wajib ada di kotak P3K, nih!)
~ Ideal digunakan untuk demam tinggi
~ Daya lekat sempurna, sehingga tidak mudah bergeser meski anak banyak    gerakan di tempat tidurnya
~ Lembut dan nyaman digunakan pada kulit
~ Rasa dingin pada plester bertahan lama hingga 10 jam
~ Aman, tanpa efek samping

b. Praktis 
Tidak repot lagi dalam menyiapkan keperluan mengompres yang biasanya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Apalagi dalam suatu perjalanan yang tidak memungkinkan mengompres secara konvensional, plester ini sangat membantu.

c. Multiguna
Selain dapat menurunkan demam, plester ini juga dapat meringankan sakit gigi, pusing, dan tegang otot. 

d. Mudah didapatkan di apotek dengan harga terjangkau
Fever Patch bukanlah barang langka, sangat mudah ditemui di apotek maupun toko obat dengan harga yang terjangkau masyarakat. 





4. Bila demam tidak turun dalam tiga hari, segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat
Demam yang tidak kunjung reda setelah tiga hari harus segera mendapatkan penanganan dokter. Apalagi jika demam tidak disertai batuk pilek, perlu segera dicari penyebabnya karena dikhawatirkan merupakan tanda penyakit serius, misal DBD, infeksi otak, infeksi saluran kencing, tifus, dan sebagainya.


Yuk para orangtua, kenali demam yang menyerang anak kita. Bila demam masih di bawah suhu 38,5 derajat celcius pilihlah cara yang alami dan aman dalam menurunkannya. Jangan buru-buru memberikan obat kimia karena dalam jangka panjang mempunyai efek samping bagi si kecil. Dengan tindakan yang tepat dalam menurunkan demam, maka demam segera reda dan anak pun kembali ceria. Senangnya melihat anak kembali aktif bermain dan belajar. Terimakasih, Fever Patch ;).





Artikel ini saya ikutkan dalam kontes SEO "More Than Words" yang diadakan Fever Patch Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat. Sukses selalu ya, Fever Patch. ^^


Sabtu, 12 Oktober 2013

Sebuah Pengalaman Berharga




#LombaBlogNUB


#LombaBlogNU

Attar : "Bunda, tadi Attar pinter lho di sekolah. Berani maju di depan kelas."
Saya : "Wah, kamu hebat nak!"
Attar : "Iya, kata Bu Guru Attar pemberani."
Saya : "Bunda bangga sama kamu, nak. Apa kepintaran Attar saat sekolah tadi?"
Attar : "Attar mimpin do'a di kelas. Semua teman Attar mengikuti."


Ini adalah petikan dialog yang pernah saya lakukan bersama Attar sewaktu menjemputnya pulang sekolah. Barangkali bagi orang lain, hal semacam itu kejadian yang biasa saja. Namun tidak bagi saya, pencapaian itu sungguh luar biasa. Saya sangat bangga atas prestasinya itu. Hal ini mengingat sebelumnya Attar merupakan anak pemalu dan jago kandang.

Prestasi itu adalah bukti Attar mengalami kemajuan pesat dalam kemampuan sosialnya. Perkembangan ini terjadi semenjak Attar mengenal sekolah. Saya benar-benar memetik manfaat dari adanya pendidikan untuk anak usia dini. Attar mulai saya sekolahkan setahun lalu saat usianya 3,5 tahun, waktu itu dia memasuki jenjang Play Group. Sebelum sekolah, Attar saya didik sendiri dengan cara saya. Namun, karena Attar adalah anak alergi, saya menjadi begitu protektif terhadapnya, baik itu dari makanan yang dikonsumsinya hingga permainan yang akan dimainkannya.


Sikap protektif saya selama 3,5 tahun itu ternyata cukup berlebihan. Barangkali karena Attar adalah anak pertama dan baru satu-satunya yang saya miliki. Selain itu riwayat alerginya membuat saya paranoid dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatannya. Attar menderita alergi telur, ikan laut, dan susu sapi beserta turunannya, dia juga alergi debu dan cuaca dingin. Itulah yang mendasari saya bersikap protektif, banyak melarang ini dan itu. Banyak permainan yang saya batasi karena khawatir dia akan sakit.

Saya baru menyadari kekeliruan saya semenjak Attar bersekolah. Saya banyak mendapat masukan dari gurunya bahwa Attar anak yang kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu. Dia kurang punya inisiatif karena takut melakukan kesalahan. Seperti misalnya, ketika ada kegiatan menggunting, dia tidak mau memegang gunting karena takut tangannya terluka. Selain itu, saat ada kegiatan outbond menanam sayur di ladang yang dimiliki sekolahnya, Attar tidak bersemangat dalam mengikutinya karena tidak mau tangannya kotor terkena tanah, dia juga tidak mau melepas alas kakinya, katanya dia takut ada cacing yang akan masuk tubuhnya dan membuatnya sakit.

Ya, saya menyadari sepenuhnya, ternyata saya banyak menakutinya dengan hal-hal yang belum tentu kebenarannya.  Maafkan Bunda, Nak, selama ini Bunda terlalu mengkhawatirkanmu sehinggga banyak melarangmu untuk melakukan ini dan itu. Sikap saya yang terlalu protektif selama itu membuat kepercayadiriannya tidak tumbuh optimal. Attar menjadi anak Bunda yang kurang percaya diri, manja, dan kurang bergaul. Kemana-mana selalu membuntuti saya, tidak pernah mau lepas dari saya. "Attar main ini boleh tidak, Nda", "Attar makan itu boleh tidak, Nda". Begitulah, Attar selalu meminta persetujuan dari saya jika ingin melakukan sesuatu, mungkin dia takut berbuat 'salah' di mata bundanya. Selama 3,5 tahun itu saya memilih tidak bekerja demi mengurus Attar dan memberinya ASI sampai usia 3 tahun. Saya memberinya ASI selama itu karena Attar tidak diperkenankan dokter mengonsumsi susu sapi mengingat riwayat alerginya yang cukup parah, sementara berbagai susu soya yang ada di pasaran kurang digemarinya.

Setelah mendapat berbagai masukan dari guru-gurunya, saya mulai mengendorkan sikap protektif saya. Saya menyadari sikap Attar yang pemalu, kurang mandiri dan peragu adalah kesalahan saya dalam mendidiknya. Menyadari itu semua, saya pun mengoreksi diri. Saya mulai membolehkannya bermain tanah asalkan setelahnya harus mencuci seluruh anggota badan yang kotor dengan air dan sabun. Saya juga membolehkannya memanjat pohon kecil yang ada di halaman rumah dengan pengawasan saya. Selama ini, saya tidak mengijinkannya memanjat meski keinginannya untuk itu selalu besar. Saya mulai memotivasinya untuk mandi sendiri dengan gayung maupun shower agar dia bisa dua-duanya. Memotivasinya untuk makan sendiri meskipun selalu meninggalkan banyak kotoran di meja dan lantai. Saya tidak lagi melarangnya ketika dia ikut ke dapur membantu saya. Saya belikan dia gunting, saya ajari cara menggunting kertas yang baik. Tak lupa saya sisipkan pemahaman agar tidak melukai tubuhnya maupun orang lain dengan gunting yang saya berikan. Terkadang, Attar saya ajak ke taman bermain air untuk menyalurkan kesenangannya bermain air, dia sangat ceria serasa hujan-hujanan, hehehe. Dan masih banyak hal lain yang saya perbaiki. Saya benar-benar mulai belajar lagi untuk membentuk kepribadiannya, belum ada kata terlambat untuk menumbuhkan kemandiriannya. Alhamdulillah, Attar anak yang cerdas, dia selalu mengikuti petunjuk saya dengan sangat baik.


Taman Air Menari yang ada di Yogyakarta, tempat wisata edukatif bagi anak-anak


Dua bulan kemudian, saya merasakan banyak perubahan yang terjadi pada kepribadian Attar. Ternyata apa yang saya rasakan itu bukanlah ke-GR-an saya semata karena guru-gurunya juga mempunyai pandangan yang sama dengan saya. Pujian demi pujian dari gurunya mulai sering saya dengar. Attar mulai percaya diri di sekolah, dia pandai bergaul dengan siapa saja. Dia sudah berani tampil di depan kelas untuk sekedar bernyanyi, bercerita, ataupun memimpin doa. Dia menjadi sosok pemberani. Di rumah pun dia sering mempunyai inisiatif sendiri terhadap apa yang dikehendakinya, baik itu tentang makanan yang akan dikonsumsinya maupun permainan yang akan dimainkannya. Attar menjadi lelaki cilik yang mandiri, tak lagi suka membuntuti saya :). Saya benar-benar bersyukur atas segala pencapaiannya. Pernah suatu hari ada acara parenting di kampung dan saat itu Attar berani unjuk kebolehan berjoged Gangnam Style, dia mengajari teman-teman ciliknya untuk berjoged bersama. Attar terus berjoged dengan percaya diri hingga lagu yang diputar selesai, teman-teman ciliknya pun mengikuti gerakan yang sama meski dengan malu-malu, hehehe....

Attar tampil percaya diri berjoget Gangnam Style di depan hadirin saat acara parenting di kampung :)


Sekarang, Attar sudah mulai beranjak besar, usianya saat ini 4 tahun 9 bulan. Dia baru saja duduk di TK A (nol kecil), masih di sekolahnya yang sama ketika play group. Sikapnya yang mandiri, mudah bergaul, tidak cengeng, dan tidak manja lagi membuat saya lega. Akhirnya saya bisa mulai berkarir lagi semenjak 8 bulan yang lalu. Saya bisa kembali ke dunia kerja untuk mengaktualisasikan ilmu dan bersosialisasi dengan lingkungan tanpa khawatir dengan perkembangan anak. Saya mempercayakan Attar untuk dibimbing guru-gurunya saat di sekolah. Saya berterimakasih para gurunya turut membangun kemandiriannya hingga akhirnya saya pun bisa kembali berkarya dengan hati tenang meski harus meninggalkan anak.

Saat Attar bersekolah, saya berangkat ke kantor, dan ketika saya selesai bekerja, Attar saya jemput dari sekolahnya, dan kami pun pulang ke rumah bersama-sama. Attar sangat mendukung bundanya bekerja lagi, itu ditunjukkan dengan sikapnya yang kooperatif dan tidak pernah rewel ketika akan saya tinggal bekerja. Bahkan, dia sering mengingatkan saya untuk berangkat lebih pagi agar tidak terlambat sampai kantor. Katanya suatu hari, "Bunda, kok belum berangkat kerja, sih? Nanti telat lho, kantornya ditutup pak kepala", hehehe, saya heran dia bisa berkata seperti itu. Barangkali itu wujud dukungannya terhadap aktifitas baru bundanya yang selama 3,5 tahun full day di rumah untuk merawat dan mengasuhnya. Terimakasih ya, Nak, sudah mengizinkan bunda tuk berkarya lagi. Love you full ^^.

Untuk mempersiapkan Attar menjadi orang yang bermanfaat di masa depan, saya dan suami sepakat untuk kompak dalam mendidiknya. Saya bersyukur banyak kemajuan yang dicapainya semenjak dia bersekolah dan semenjak saya merubah pola asuh di rumah. Kini saya semakin menyadari bahwa pola asuh nyata-nyata mempengaruhi perkembangan sosial, kognitif, dan kepribadian anak. Kasih sayang yang kami tunjukkan sedari dalam kandungan adalah bentuk cinta orangtua kepada anaknya, dan itu menjadi modal terbesarnya dalam mendampinginya "menaklukkan" dunia. Mau jadi apapun Attar kelak, kami tak akan memaksanya bercita-cita sesuai kehendak kami. Sebagai orangtua hanya bisa mendoakan dan mensupportnya dengan optimal agar asanya terwujud suatu saat nanti.


Bunda sayang Attar, emmmuahhh... ^^

Hingga saat ini, banyak hal yang saya dan suami pelajari dalam mendidik anak. Tak dapat saya pungkiri, bahwa kami bukanlah orangtua yang sempurna, oleh karenanya berbagai masukan dari orang lain yang lebih pengalaman dan paham tentang cara membentuk kepribadian anak sangat kami hargai. Hal yang selalu kami lakukan dalam mengembangkan bakat anak adalah dengan melakukan komunikasi yang baik setiap hari. Attar sangat dekat dengan saya maupun ayahnya. Dia sangat senang bercerita apa saja yang menjadi pengalamannya di hari itu kepada kami. Kami kompak tidak akan mengekang kreatifitasnya selama aman bagi jiwanya dan bernilai positif. Kami selalu memuji setiap hasil karyanya. Attar sangat bangga lho bisa membuatkan tank tentara dari lego untuk bundanya dan pesawat tempur untuk ayahnya. Dia pintar menggambar di kertas gambar maupun melalui program painting yang ada di PC. Attar juga saya biasakan untuk bergaul dan bermain dengan teman-teman di sekitar rumah tinggal kami agar jiwa sosialnya tumbuh. Saya percaya, bermain adalah media efektif dalam mengembangkan kreativitas dan kognitifnya.


Attar asik main lego, dia sedang membuat tank dan pesawat (hobinya ini sejak usia 2 tahun, lho).


Attar menggambar kapal selam yang ditiru dari bukunya dengan program paint di PC. Lucu ya! :)


Kata Attar,"Tank ini untuk Ayah dan Bunda, dan anak kecil itu Attar."  ^^


Karyanya yang membuat saya terharu."Tank cinta tuk Bunda", ujar Attar. 

Seorang ibu mempunyai pengaruh besar dalam mendidik anaknya karena kedekatan emosional sudah terbangun sejak dalam kandungan. Nyata benar, pola asuh saya saat ini telah berhasil menumbuhkan kemandirian dan kepercayadiriannya. Dengan jiwa kemandirian dan kepercayadirian, seorang anak akan lebih mampu menyerap berbagai informasi sehingga kemampuan kognitifnya pun berkembang semakin pesat. Yang tak boleh kami lupakan dalam mendidiknya adalah selalu menyelipkan nilai-nilai moral agar Attar tidak hanya tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan cerdas, namun juga berbudi pekerti dan berhati mulia.

Saya merasa masih banyak kekurangan dalam menerapkan pola asuh anak. Pelajaran berharga bagi saya adalah seorang anak yang masih dalam masa tumbuh kembang tidak boleh banyak larangan, biarkan mereka bermain meski harus berkotor-kotoran demi memuaskan rasa keingintahuannya yang tinggi. Orangtua hanya perlu mengawasinya untuk melindungi dan menjaga keamanannya. Sikap terlalu protektif pada anak hanya akan membuat anak menjadi manja, kurang mandiri, kurang punya inisiatif, peragu dan kurang percaya diri. Saya bersyukur belum terlambat untuk memperbaiki itu semua, dan pengalaman ini akan saya jadikan pegangan untuk mendidik Attar dan adiknya kelak.

Semoga pengalaman pribadi saya ini bisa bermanfaat untuk para orangtua lainnya. Sekali-kali jangan pernah salahkan anak jika mereka tumbuh menjadi anak pemalu, peragu, kurang percaya diri, dll. Anak mempunyai sikap seperti itu karena kesalahan kita sebagai orangtua yang mengasuh dan mendidiknya. Bukankah anak adalah kertas putih bersih yang siap dilukis apa saja. Dan kitalah sang pelukis di atas kertas putih nan bersih itu. Tentu hanyalah lukisan-lukisan indah yang bernilai kebaikan yang akan kita torehkan padanya. Marilah para orangtua, rapatkan barisan tuk mendidik putra-putri kita sebaik-baiknya, semoga kelak anak-anak kita menjadi para pemimpin yang hebat dan bermartabat, merekalah generasi yang akan mengisi dan memajukan bangsa ini.

Senin, 24 Juni 2013

Indahnya Sri Gethuk Waterfall

Menikmati akhir pekan bersama keluarga sudah menjadi ritual wajib bagi kami. Apalagi sehari-hari saya dan suami sama-sama disibukkan dengan pekerjaan kantor, dan anak kami sudah bersekolah di playgroup, sehingga hari libur menjadi hari yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Tak harus keluar kota ataupun merogoh kocek dalam. Kami biasanya rekreasi di sekitar tempat tinggal, kebetulan lumayan banyak obyek wisata yang belum kami jelajahi dan kenalkan kepada Attar (4th), anak semata wayang kami.

Hari itu, kami berencana rekreasi ke obyek wisata Sri Gethuk Waterfall yang berlokasi di Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami memutuskan untuk naik motor mengingat medannya agak sulit dan jalan menuju area wisata tergolong sempit. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dengan penuh perjuangan melewati jalan menanjak dan berliku, tibalah kami di area Sri Gethuk Waterfall. Tiba disana, ternyata kami belum bisa langsung menikmati air terjun yang konon kata orang-orang sangat indah. Kami harus berjalan menuruni tebing untuk mencapai tepi Sungai Oyo, tempat yang akan digunakan untuk menyeberang. Tak ada yang perlu dikhawatirkan saat menuruni tebing karena tebingnya sudah dibangun menjadi tangga-tangga berundak untuk memudahkan para wisatawan mencapai tepi Sungai Oyo. Ya, untuk mencapai air terjun itu, selain menuruni tebing sepanjang 200 meter, kami masih harus menyeberangi Sungai Oyo dengan perahu kecil yang disediakan oleh pengelola tempat wisata.
Persiapan menuruni Tebing

Setelah berjalan kaki sekitar 10 menit menuruni tebing, akhirnya kami sampai juga di tepi Sungai Oyo. Kami membeli karcis dulu untuk bisa menaiki perahu itu. Cukup murah, hanya dengan membayar RP. 5000,- per orang, kami bisa melanjutkan perjalanan dengan perahu itu. Rompi Pelampung adalah perlengkapan yang wajib dikenakan saat hendak naik perahu, mengingat di beberapa titik Sungai Oyo airnya sangat dalam. Sungai Oyo mempunyai kedalaman air sekitar 7 - 11 meter dan panjang aliran sungai 1500 m. Jadi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, perlengkapan sebelum naik perahu patut ditaati oleh semua penumpang. Tenang saja.., kita tak perlu repot-repot bawa rompi pelampung dari rumah kok, karena sudah disediakan didalam perahu :).

Yeayyy, akhirnya naik perahu menyeberang sungai Oyo

Selama perjalanan naik perahu, anak kami, Attar, begitu menikmati pengalaman barunya naik perahu di atas Sungai Oyo. Sebenarnya bukan hanya Attar, bahkan ini pertama kalinya bagi kami menyeberangi Sungai Oyo, hehehe...Sepanjang aliran sungai terdapat tebing-tebing yg indah dan alami khas batuan karst Gunungkidul, sungguh menakjubkan. Mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu indah membuat perjalanan menyeberangi Sungai Oyo terasa sangat singkat. Perjalanan dengan perahu ini hanya sekitar 5-7 menit saja. Akhirnya perahu pun menepi ke tebing saat tiba di lokasi wisata Sri Gethuk Waterfall.

Saat para penumpang turun dari perahu

Setiba di lokasi kami langsung melepas rompi pelampung dan segera mendekati air terjun Sri Gethuk. Attar sangat girang saat kaki mungilnya turun ke dalam air. Air yang mengalir dari mata air itu begitu bersih dan sejuk. Kebetulan sampai lokasi wisata pas masih pagi, yaitu pukul 09.30 WIB, jadi suasana masih cukup sepi dan kami benar-benar menikmati family time yang berkualitas. Kami pun bisa menikmati keindahan Sri Gethuk Waterfall sampai puas. Yang tak luput dari perhatian kami adalah saat menyaksikan aktifitas sekelompok anak muda yang meloncat dari pinggir tebing yang tinggi dan masuk ke dalam Sungai Oyo. Byuurrrr!. Saya ikut berdebar melihat pertunjukan itu, tentu saja ini dilakukan bagi mereka yang memiliki nyali yang besar, cocok buat yang suka tantangan. Besok kalau Attar sudah besar, boleh deh mencoba tantangan ini, kalau sekarang jadi penonton dulu ya, sayang :). Kamu main ciprat-cipratan air saja ya sama Bunda dan Ayah, sama serunya kok, hehehe... Yang terpenting dari acara rekreasi ini, kami bisa menyisipkan ilmu pengetahuan bagi Attar. Kebetulan sekali Attar sangat aktif bertanya tentang apa-apa yang baru dilihatnya, sehingga ini menjadi kesempatan bagi kami untuk memberikan ilmu baru bagi Attar. Kami menjelaskan tentang Tebing, mata air, batuan karst, air terjun dan sebagainya.

Sri Gethuk Waterfall benar-benar asyik tuk tempat rekreasi keluarga.

Setelah sekitar dua jam mengajak Attar bermain di area Sri Gethuk Waterfall, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Untuk kembali ke tempat parkir, kami harus menyeberangi Sungai Oyo lagi, dan tak lupa mengenakan rompi pelampung lagi demi keselamatan. Tak perlu waktu lama menunggu perahu datang dan dengan menunjukkan karcis yang tadi (tak perlu bayar lagi), kami pun langsung diantarkan menuju tepi Sungai Oyo bersama para penumpang lain. Tak lupa kami membeli oleh-oleh khas daerah tersebut, yaitu pecel Thiwul, terdiri dari pecel sayuran pada umumnya dengan tambahan sambal kacang yang gurih, dan thiwul adalah olahan singkong sebagai  pengganti nasi (sumber karbohidrat). Thiwul masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Gunung Kidul DIY. Benar-benar liburan edukatif yang sangat mengesankan bersama si kecil, semoga di lain waktu kami bisa mengunjunginya kembali.

Minggu, 23 Juni 2013

Spesial tuk JAKARTA

JAYAKARTA. BATAVIA. Yap, itulah nama-nama lama Jakarta, sebagai kota metropolitan, dia juga menyandang sebagai kota terbesar di tanah air, pusat perekonomian sekaligus pusat pemerintahan. Siapa sih yang tak kenal Jakarta?. Kota dengan fasilitas terlengkap di tanah air, baik dari bidang  kesehatan, pendidikan, rekreasi dan lainnya. Dan, yang tak kalah tenarnya adalah Jakarta sebagai gudangnya fashion. Dunia Fashion pada dasawarsa terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup pesat, baik dari segi produksi maupun pemasaran. Dan, Jakarta adalah surganya fashion di Indonesia.

Jakarta Sebagai Salah Satu Pusat Rekreasi
Saya pernah merasakan sendiri atmosfir kehidupan Jakarta (meski hanya beberapa hari). Saat itu saya bersama suami dan anak sedang berlibur di Jakarta. Aneh memang, berlibur kok di kota yang terkenal sumpek dan penuh polusi, berlibur itu semestinya ke Puncak, Bali, Malang, dsb. Yach, biar sajalah apa kata orang, yang pasti saat itu kami memang sedang kangen suasana hiruk pikuk Jakarta, hehehe.... Begitulah hidup, perlu dinamika, sehari-hari kami sekeluarga tinggal di Yogya yang adem ayem, ada kalanya ingin juga donk merasakan hingar-bingar kota metropolitan, itung-itung nambah wawasan dan pengalaman,  hehehe...

Datang ke Jakarta niatnya berrekreasi, akhirnya pilihan kami jatuh ke Ragunan karena anak kami sangat menyukai binatang. Kami mengendarai TransJakarta untuk mencapai tempat wisata dengan harga yang murah meriah. Tipsnya, jangan naik taksi deh kalau mau lebih irit, naik TransJakarta selain lebih murah tak pake acara macet pula, ditambah sopirnya baik banget. Ada pengalaman menarik saat naik Trans Jakarta, waktu itu kami mau pulang menuju hotel, ternyata salah jalur, penumpang lainnya telah habis karena turun satu per satu di setiap halte yang dilalui, sedangkan kami masih duduk di bus dengan bengong. Bengong, kok ternyata kami ada di terminal akhir, dan harus mulai antri lagi untuk menaiki bus ini. Padahal, kami lihat diluar, antrian sudah mengular, panjang sekali, sedangkan kami bawa anak umur 1,5 thn, tentunya antrian itu bikin kepala cenat-cenut. Yah, maklum deh, itu jam pulang perkantoran. Suami saya langsung berinisiatif untuk turun sebelum "diusir" untuk antri, kami rencananya mau naik taksi menuju hotel menginap. Saat bus berhenti persis di terminal (sayang sekali saya lupa nama terminalnya, hikss..), kami langsung beranjak dari tempat duduk, sadar diri lah karena sampai tempat ini bus harus sudah kosong melompong untuk mengangkut penumpang baru yang sudah mengantri. Saya baru saja akan berdiri ketika sang sopir dengan sangat sopan melarang kami untuk turun. Kata beliau, "Tidak usah turun bu, pak, nanti saya yang akan bertanggungjawab jika ditegur", belum sempat saya berterimakasih, sopir itu bertanya lagi, "Mau ke arah mana, tadi salah jalur ya?". Suami mengiyakan dan memberitahu jalur yang akan kami tuju. "Silahkan duduk saja, tunggu para penumpang lain masuk dan kita berangkat lagi".
Duhhh, masya Alloh, luar biasa baik sopir itu. Saya benar-benar berterimakasih, karena ini pertama kalinya ngajak anak ke Jakarta dan naik TransJakarta pula, langsung dapat ujian karena harus nyasar dan ternyata ada sopir bidadari yang menolong kami dengan ikhlas, kami tak perlu antri dan ditambahi bonus tak perlu bayar lagi :). Saya panggil ibu itu dengan sopir bidadari, karena selain cantik wajahnya juga hatinya. Semoga Tuhan juga memudahkan segala urusan anda ya, sopir bidadari ^_^.
Alhamdulillah ditolong sopir bidadari saat kesasar naik bus TransJakarta :), mungkin karena wajah kami melas kali yaaa, hahahaha...

Kembali ke cerita sebelumnya, tempat rekreasi yang kami kunjungi yaitu Ragunan. Tempat wisata yang berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang luasnya 140 hektar ini nampak lengang ketika kami datangi sekitar 2 tahun yang lalu. Maklum, kami berrekreasi pas hari kerja, suami sengaja mengambil jatah cutinya untuk rekreasi keluarga. Karena lengang, kami bisa menikmati setiap wahana yang disediakan sampai puas dengan nyaman tanpa berdesak-desakkan dengan pengunjung lain. Dan, masuk tempat wisata pun biayanya sangat terjangkau, murah banget :).

Di Ragunan, seperti layaknya kebun binatang lainnya, kami melihat beragam satwa. Di Jogja ada GembiraLoka, namun ragam satwanya tak selengkap yang di Ragunan. Di Ragunan, kami bisa memperlihatkan kepada anak kami binatang Jerapah yang lehernya super panjang, tak semua kebun binatang mempunyai binatang ini lho. Dan tentunya binatang-binatang lainnya tak luput dari perhatian kami, seperti Gajah, Singa, dll.

Ciss..., Suami dan anak saya (Attar, saat itu 1,5 thn) sedang berfoto di depan kandang Gajah :)


Saya dan Attar sedang melihat si Raja Hutan (Singa) yang sedang terlelap

Setelah hari menjelang sore, kami pulang menuju penginapan. Sebenarnya masih banyak tempat yang ingin kami kunjungi, tapi mengingat suami hanya mengambil jatah cuti 2 hari dan melihat anak kami sudah mulai kelelahan dan rewel akhirnya perjalanan rekreasi hanya sampai di Ragunan saja. Meski begitu, kami sangat puas, karena banyak hal yang bisa kami tunjukkan dan sampaikan kepada anak kami, menambah wawasannya akan dunia binatang di usianya yang masih dini, yang selama ini hanya dilihatnya dalam buku-bukunya bisa dilihatnya secara langsung di dunia nyata :).

Liburan yang mengesankan meski hanya selama 2 hari. See You again ya, Jakarta, kami bakalan merindukanmu lagi. Dan akhirnya kami pun landing dengan selamat di Bandara Adisutcipto Yogyakarta pada keesokan harinya.


 Sesaat setelah landing di Bandara Adisutcipto DIY


Spesial kutulis tuk JAKARTA yang sedang berulang tahun yang ke-486, semoga makin jaya dan memberkahi masyarakat luas, aamiin.

Minggu, 24 Februari 2013

Tips Pintar untuk Anak Susah Makan

Saat Attar lahir 4 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 16 Januari 2009, saya mulai belajar memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi tiap tahapan usianya. Saya memulainya dengan memberikan ASI eksklusif dari 0 hari sampai usianya 6 bulan. Produksi ASI yang berkualitas dan berlimpah membuat tubuh baby Attar sehat dan montok sekali saat itu.  Perkembangannya pun pesat, saat usianya baru 50 hari Attar sudah dapat tengkurap sendiri tanpa saya bantu. Saat usianya 6 bulan, Attar sudah dapat duduk mandiri dan tumbuh gigi serinya yang atas. Bagi saya momen-momen itu adalah hal menakjubkan dan suatu anugrah bagi saya. Apalagi sebelumnya saya mempunyai kekhawatiran tak dapat memberinya ASI Eksklusif. Namun segala kekhawatiran saya sirna setelah saya dapat melaui 6 bulan pertama dalam kehidupan Attar untuk memberikan haknya sebagai wujud kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan gizi untuknya. Dampak pemberian ASI Eksklusif itu sangat nyata, alhamdulillah Attar tak pernah sakit dalam masa 6 bulan awal kehidupannya, daya tahan tubuhnya bagus sekali. Bagi para Ibu yang baru saja melahirkan, yuk beri ASI Eksklusif tuk buah hati tersayang agar pertumbuhannya optimal dan terhindar dari penyakit.

Gambar Attar saat usia 50 hari dan 2,5 bulan


Gambar Attar saat usia 6 bulan, sudah duduk sendiri

Setelah usianya 6 bulan, saya mulai mengenalkannya Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan tetap terus memberinya ASI sampai usianya 3 tahun. Pada awal pengenalan MPASI, saya mencoba memberinya biskuit bayi yang direkomendasikan Dokter Spesialis Anak (DSA), karena saat itu jujur saja saya masih belum pintar memasak bubur dan sedang bereksperimen dengan berbagai masakan bayi rumahan, maklumlah saya tinggal berjauhan dari orangtua, jadi semuanya serba mandiri :). Setelah bereksperimen berulangkali, akhirnya saya bisa juga membuat MPASI sendiri dan sukses, baby Attar pun sangat lahap memakannya, horeeee, saya girang banget!. Sampai usianya 9 bulan, saya memberinya makan sekali dalam sehari sesuai anjuran DSA, selebihnya masih ASI. Makanan favorite anak saya saat itu adalah bubur kuning telur seledri. MPASI buatan saya ini selalu ludes disantap baby Attar, seneng deh rasanya, berhasil membuat makanan yang pas dengan selera anak. Dan saya pun semakin rajin membuat variasi masakan untuk Attar.


Namun, bukanlah tanpa kendala memberi makan pada anak. Sebagai Ibu muda dan baru pertama kalinya punya anak tentu banyak sekali yang harus saya pelajari. Masalah mulai muncul saat anak sudah mulai bosan dengan rutinitas makannya. Yang pada awal pengenalan hanya makan sekali sehari, kemudian saat memasuki usia 9 bulan menjadi dua kali sehari dan setelah menginjak 1 tahun mulai tiga kali sehari. Dan ternyata, semakin padat jadwal makan anak membuat anak kurang menikmati rutinitas makannya. Meskipun makanan selalu saya buat variasi, namun yang namanya mood makan anak tak bisa ditebak. Dalam soal makan, Attar terbilang fluktuatif, terkadang makannya banyak dan lahap, namun ada kalanya cuma makan sedikit dan kurang bernafsu.


Saat usia Attar menginjak 1+, dia sempat menjadi picky eater, pemilih banget soal makanan. Kalau sudah senang sama ikan, bakalan ikan terus yang dicari, kalau maunya makan sop ya sop saja, tidak mau nasi maupun lauknya, sampai pusing deh :(. Saya sering berpikir, kalau begini terus, maka kebutuhan gizi Attar bisa tak terpenuhi. Apalagi semenjak bisa berjalan di usianya 1 tahun, berat badan naiknya tak signifikan tiap bulannya, karena selain mulai picky eater aktifitasnya  pun super aktif, seperti tak punya rasa capek. Padahal di masa pertumbuhannya, kebutuhan gizi harus terpenuhi agar tumbuh kembangnya optimal. Sebagai Ibu yang lumayan melek ilmu, saya tertarik belajar memahami konsep gizi seimbang, saya bisa mendapatkannya dari buku, internet, seminar, maupun bertanya-tanya dengan budhe-budhenya Attar yang berprofesi sebagai dokter. Dalam menyiapkan makanan untuk anak saya yang masih dalam golden period, saya harus memperhatikan jenis makanannya, jumlah/porsinya dan jadwal makannya. Jenis makanan anak saya sebisa mungkin memenuhi fungsi triguna makanan yang dianjurkan, yaitu zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.


Meski makanan yang saya buat untuk Attar telah memenuhi kebutuhan gizi di usianya, namun sikap picky eaternya membuat asupan gizinya kurang optimal. Picky eater dan aktifitasnya yang tinggi membuat berat badan Attar mulai susah naik, meskipun naik tapi hanya tipis, tak sepesat saat usianya masih dibawah 1 tahun. Saya bawa Attar ke DSA, saya konsultasikan kesehatannya sekalian melengkapi imunisasinya. Dokter yang memeriksa mengatakan Attar sangat sehat, aktif dan ceria, berarti tak ada masalah dengan kebutuhan gizinya. Status pertumbuhannya normal, gemuk bukan jaminan anak sehat, tak ada yang perlu dirisaukan, kata DSA kepada saya. Hemmm, jadi tenang deh hati saya mendapat nasehat seperti itu dari DSA.


Nasehat dokter saya jadikan semangat agar saya bisa lebih baik lagi dalam memenuhi kebutuhan gizi anak. Dan karena permasalahan anak saya yang picky eater dan sering bosan dengan rutinitas makannya, maka saya mulai bergerilya mencari-cari tips lewat dunia maya, baca-baca artikel di majalah online, blog, beli tabloid dan majalah tumbuh kembang, dan bertanya-tanya kepada yang sudah senior, hal apa sih yang bisa membuat acara makan anak menjadi menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Akhirnya saya dapat ide dari artikel majalah online. Disitu ada tips menarik, yaitu membumbui makanan anak dengan cerita, mengaduknya penuh dengan kejutan. Nah, seketika saya malah jadi teringat masa kecil saya ketika masih disuapi Ayah saya. Saya disuapi ayah sampai umur 5 tahun, tentu memori itu masih saya ingat dengan jelas sampai sekarang. Ayah(alm) sering menyuapi saya dengan cerita-cerita lucu yang membuat acara makan saya menyenangkan. Ternyata, tips dalam artikel itu telah dipraktekkan oleh Ayah saya sedari dulu. Tak ada salahnya saya praktekkan ulang tips pintar dari Eyang kakung (kakek) Attar yang mirip dengan tips artikel di salah satu majalah online. Dan ternyata benar, Attar mirip saya, dia sangat menyenangi cerita lucu, dan dia begitu menikmati acara makannya, sesekali dia tertawa terbahak-bahak, tak terasa makanannya pun habis dilahapnya, yeahhh..., berhasil! ^_^


Seiring berjalannya waktu, keterampilan berbahasanya bertambah pesat. Di usia 3 tahun, Attar sudah pandai sekali berkomunikasi, semua kata-kata saya dapat dicernanya dengan baik. Dan saat itulah Attar siap untuk saya ajak komunikasi dua arah. Dalam kaitannya dengan tema ini, saya mengajak komunikasi dengannya untuk menentukan makanan yang hendak disantapnya. Tiap akan makan, saya bertanya padanya. 
"Nanti siang enaknya kita makan apa ya, Mas Attar?"
"Makan nasi sama Ayam goreng", jawabnya cepat.
"Oke, tapi sayurnya apa ya, biar BABnya Mas Attar lancar?"
"Brokoli kriuk", jawabnya lagi.
Ini salah satu obrolan saya dengan Attar ketika akan makan. Jadi, saya melibatkannya dalam mengambil keputusan tentang menu apa yang dia inginkan. Jika anak ikut dilibatkan dalam mengambil keputusan dalam menu makannya, dia akan dengan senang hati menghabiskan makanannya. Pelajaran moralnya, sang anak akan berlatih tanggung jawab terhadap keputusannya. Ini salah satu tips pintar dari saya ya, Moms :).


Selain melibatkannya dalam mengambil keputusan tentang menu apa yang dikehendakinya, saya juga tak ragu mengajaknya ke dapur. Masa anak-anak kan masa bereksplorasi, biarkan anak turut membantu di dapur sebagai bentuk eksplorasinya. Misalnya, dengan memintanya mengambilkan bawang putih, bawang bombay, bawang merah, garam, gula dan sebagainya. Attar sudah pintar sekali lho dengan bumbu-bumbu dapur dan macam-macam sayuran, walaupun anak lelaki tak ada salahnya diajak ke dapur kan Moms, koki-koki handal itu biasanya juga dari kaum adam kan ya? :). Yang paling disenangi Attar saat ke dapur adalah kegiatan mengocok telur dicampur sayur, telur dadar sayuran adalah salah satu makanan favorite anak saya. Selain itu dia juga sangat bersemangat membantu saya ketika sedang memasak spaghetti ayam yang juga menjadi makanan favorite anak saya. Meski hobi makan spaghetti, saya tak melupakan fungsi dari triguna makanan, simak komposisinya : mie spaghetti sebagai zat karbohidrat, ayam sebagai zat pembangun, dan tomat segar sebagai zat pengatur. Bumbu-bumbu jumlahnya secukupnya dan tak memakai pengawet maupun MSG, semua segar dan alami. Saya sangat bersyukur, Attar sangat menyukai sayuran dan buah sehingga saya tak perlu sembunyi-sembunyi dalam memberikan sayur dalam makanan sehari-hari. Dengan melibatkan anak dalam proses memasak, dia akan merasa bangga telah ikut membuat masakan yang lezat dengan jerih payahnya, sehingga saat makan dia akan lebih menikmati. Ini tips pintar lainnya dari saya ya, Moms :).

Attar membantu mengocok telur & makan dengan lahap hasil karyanya :)


Attar lahap makan Spaghetti ayam hasil kreasinya bersama Bunda :)


Tips pintar berikutnya, sering-sering mengajak teman-temannya untuk makan bersama di rumah. Kegiatan makan bersama dengan teman-teman bermainnya juga akan membangkitkan nafsu makan sang anak. Apalagi saat ini Attar masih menjadi anak tunggal sehingga dia sangat senang bila saat makan ada temannya. Makan bersama juga melatih kompetisi yang sehat, karena anak termotivasi untuk tak mau kalah dengan temannya dalam hal makan sehingga cepat menghabiskan makanannya. 

Gambar Attar di suatu sore, makan Bakso Sapi  sebagai makanan selingan
bersama saudara2 sepupunya :)


Dan, tips pintar saya yang satu ini sangat jitu untuk dipraktekkan, yaitu memberinya vitamin Seven Seas. Seven Seas Emulsion mengandung vitamin yang lengkap yaitu A, D, E, C, B6 dan omega 3 (DHA) dari minyak ikan Cod yang membantu dalam menjaga kesehatan tubuh, kesehatan gigi dan tulang yang kuat, sehingga sangat bagus untuk menunjang tumbuh kembangnya dan turut memenuhi kebutuhan gizi anak. Selain itu, vitamin Seven Seas juga dapat membantu dalam meningkatkan nafsu makan anak. 



Saya memberikan vitamin Seven Seas kepada Attar 15 menit sebelum makan paginya sebanyak 2 sendok teh. Sebenarnya tak ada aturan baku, diminum setelah atau sebelum makan. Namun saya lebih memilih memberikannya sebelum makan pagi. Alasannya, karena dalam keadaan lambung kosong, vitamin akan lebih mudah terserap ke dalam tubuh, sehingga efeknya lebih optimal. Dan menariknya lagi, beberapa saat setelah minum vitamin, lambung akan terangsang untuk mengirim sinyal ke otak, pesannya tentu saja "aku lapar", hehehe, dan si anak pun akan lebih nafsu makannya lho ^_^. 

Rasa jeruknya yang alami & segar membuat Attar
sangat senang minum vitamin Seven Seas

Berkat ketelatenan dan kesabaran seorang Ibu dalam mencari solusi masalah makan pada anak, tentunya sang anak tak akan kekurangan asupan gizi di masa emas pertumbuhannya. Meski Attar tak gemuk, tapi satus pertumbuhan dan gizinya normal, di usianya yang sekarang 4 tahun 1 bulan, Attar memiliki tinggi badan 105 cm dan berat badan 16 kg. Tak gemuk namun juga tak kurus, ideal sekali di usianya, aktifitasnya yang tinggi dan kecerdasannya menjadi bukti Attar anak yang sehat dan kuat fisik maupun psikisnya. 


Semoga tulisan ini dapat menjadi bagian dari tips pintar yang dapat diaplikasikan untuk Mom semua dalam mengatasi anak susah makan dan semoga dapat menginspirasi. 

Tulisan ini saya ikutkan dalam kontes blog "Moms and Baby's Diary" yang diadakan Seven Seas Emulsion.