Sabtu, 13 Oktober 2012

PLN bebas Korupsi? Pasti bisa!

Perusahaan Listrik Negara (PLN), merupakan sebuah BUMN yang mengurusi segala bidang kelistrikan yang ada di Indonesia dan dipimpin oleh seorang Direktur. Kini, Direktur Utamanya adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan yang kini menjadi menteri BUMN. Mengupas tentang seluk beluk PLN tentu akan ada pro dan kontra, ada kesan positif dan negatif. Dan saya sebagai masyarakat awam juga mempunyai pandangan yang sama dengan kebanyakan masyarakat lainnya tentang PLN, ada pandangan baik dan buruknya.

Sesuai dengan motto PT PLN persero yaitu Listrik untuk kehidupan yang lebih baik, maka keberadaan PLN sebagai pusat penyalur listrik yang ditunjuk pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan salah satu kebutuhan dasar ini begitu besar. Dengan listrik, seperti membuka cakrawala dunia. Orang lebih melek teknologi, salah satunya karena adanya suplay listrik yang memadai. Dengan listrik, orang bisa menghidupkan televisi, radio, komputer, laptop, dan gadget lainnya. Dan melalui media-media tersebut pengetahuan masyarakat akan segala macam ilmu begitu mudah diakses dan terserap. Benar adanya, bila listrik sangat berperan dalam menerangi kehidupan masyarakat dari gulita malam dalam artian yang sebenarnya, dan menerangi masyarakat dari gulita kebodohan dalam artian yang lebih luas. 

Saya pernah jalan-jalan di suatu daerah yang cukup terpencil di DIY, daerahnya berbukit kapur dengan kemiringan lereng agak curam dan tandus, namun jaringan listriknya sangat bagus meski penduduknya sangat jarang. Ada banyak sekali Tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Ini ada fotonya, saya ambil setahun yang lalu dari bukit SananSari Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya pernah memperoleh informasi dari warga bahwa Tower SUTET yang tertancap di daerah ini menyuplai kebutuhan energi listrik sebagian daerah di DIY.

Gambar Tower SUTET di Sanansari, Piyungan, Bantul, DIY.

Saya berekreasi alam bersama anak dan suami, melihat bentang lahan di perbukitan karst tersebut. Anak saya yang saat itu masih berumur 2,5 tahun dan mempunyai keingintahuan yang luar biasa dengan jaringan listrik bertanya tentang ini-itu. Ini ada fotonya, ketika saya yang mempunyai pengetahuan yang minim tentang kelistrikan harus menjawab pertanyaan anak yang kritis.
Gambar ketika saya menjelaskan apa itu SUTET kepada anak saya, Attar.


Tak dapat dipungkiri, peran PLN begitu besar dalam pembangunan Indonesia. Listrik sangat vital karena berjasa dalam menggerakkan roda kehidupan perekonomian di Indonesia. Terutama di kota-kota besar, keberadaan listrik menjadi hal yang mutlak, karena disinilah pusat perekonomian dan perdagangan yang menghasilkan income terbesar dan menyedot perhatian sebagian besar masyarakat. Memang, belum 100% daerah yang teraliri listrik di penjuru tanah air ini. Masih ada daerah-daerah lain di negeri ini, yang konon lebih dari 20% yang belum bisa menikmati energi listrik. Tentunya, ini menjadi pekerjaan rumah bagi PLN untuk memeratakannya, karena setiap anak bangsa mempunyai hak yang sama untuk menikmatinya. Sungguh prihatin sekali di jaman yang merdeka ini masih saja dijumpai masyarakat yang terbelenggu belum bisa menikmati kemajuan teknologi yang sudah demikian pesat gara-gara belum mendapatkan aliran listrik di daerahnya.

Meski daerah tempat tinggal saya sudah teraliri listrik sejak puluhan tahun yang lalu, namun bukan berarti mulus-mulus saja tanpa kendala. Di daerah saya, sering sekali listrik dipadamkan tanpa alasan yang jelas. Cuaca cerah, tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba langsung mati begitu saja hingga berjam-jam. Padahal kebutuhan sehari-hari kebanyakan sudah sangat tergantung pada listrik, terutama kebutuhan untuk air, air adalah hal yang sangat vital apalagi saya punya anak kecil, yang setiap saat keluar masuk toilet. Dan rata-rata semua sangat tergantung pada ketersediaan listrik. Mungkin kalau listrik dipadamkan dalam rentang 30 menit sampai 1 jam masih bisa ditolerir, namun jika dipadamkan berjam-jam tentu sangat mengganggu, bahkan pernah lebih dari 6 jam dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pernah, dulu saya menelpon karena listrik dipadamkan terlalu lama, petugas PLN dengan enteng menjawab bahwa pemadaman listrik sudah disampaikan ke pemerintah desa beberapa hari sebelumnya. Entah benar atau tidaknya bahwa informasi pemadaman listrik sudah dilaporkan ke pemerintah desa menjadi tanda tanya bagi. Karena kami tidak pernah diberitahu oleh pemerintah desa setempat setiap akan adanya pemadaman listrik, yang berarti sangat mengganggu kepentingan orang banyak, bukan?. Kalau seperti ini siapa yang patut disalahkan, PLN-kah atau pemerintah desa-kah?. Kalau masyarakat desa seperti saya ini tidak pernah mendapat pemberitahuan dari pemerintah desa, lalu apakah PLN akan terus melaporkan adanya pemadaman listrik hanya kepada pemerintah desa? Tidak bisakah membuat informasi yang disampaikan melalui media cetak maupun elektronik lokal yang mengabarkan tentang akan adanya pemadaman listrik, agar masyarakat yang tidak pernah mendapatkan informasi dari pemerintah desa bisa memperoleh informasi dari pihak lain, dalam hal ini media. Dan beberapa tahun terakhir ini, saya akui sudah lumayan membaik, sudah jarang terjadi pemadaman, kalaupun padam hanya sebentar dan tak lebih dari satu jam. Untuk yang satu ini saya cukup mengapresiasi, semoga ke depannya jauh lebih baik lagi yaa, PLN :).


Sekarang saya akan mengulas tentang biaya pemasangan listrik baru. Sebenarnya, berapa sih tarif biaya resmi pemasangan listrik baru itu?. Kenapa bisa berbeda-beda antara orang satu dengan lainnya, padahal daya yang dipakai sama. Dalam hal ini, saya ingin berbagi cerita tentang berbagai pengalaman saat pasang listrik baru. Beberapa hari yang lalu, saya membaca status seorang teman di jejaring sosial, dia mengeluhkan biaya pasang baru listrik yang cukup mahal, untuk 900 VA dimintai biaya 1,6 juta, dan tak lama setelah dia memposting tulisannya komentarpun berdatangan. Teman-temannya yang juga baru saja pasang baru dengan daya 900 VA berbagi informasi, ada yang diminta membayar biaya 1,9 juta, 1,5 juta dan yang termurah 1,3 juta. Sekali lagi, yang menjadi pertanyaan, kenapa bisa berbeda-beda. Dan, tak perlu jauh-jauh menilik status teman saya yang diposting di jejaring sosial, bahkan saya pun pernah punya pengalaman yang sama. Setahun lalu, setelah rumah baru kami selesai dibangun, kami pasang listrik berdaya 900 VA, dan setelah diakumulasi dari biaya penyambungan, pemasangan dan material listriknya menghabiskan dana nyaris 3 juta, cukup fantastis, bukan?. Setelah oknum PLN dan tenaga teknisnya selesai menyambung dan memasang, kami diberi tanda bukti setoran, saya yang pertama kali membacanya dan disitu tertulis bahwa biaya yang harus dikeluarkan hanya Rp. 678.000 (Biaya penyambungan Rp. 675.000 + biaya meterai Rp. 3000). Jujur saja, kami tidak mau berdebat, karena uang sudah terlanjur kami berikan, tak mungkin kami minta kembali. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, untuk tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Kami benar-benar merasa dikibuli oleh oknum PLN tersebut, dia mencari untung yang tidak halal karena tanpa sepersetujuan kami terlebih dahulu. Dan yang membuat miris, oknum PLN tersebut masih sangat muda, bahkan jauh lebih muda dibanding saya dan suami, tapi watak mudanya sudah terkotori oleh korupsi. Ini baru pengalaman yang memasang dengan daya 900 VA, bagaimana dengan daya yang lain? Tentu masyarakat punya jawaban sendiri-sendiri pula tentang biaya yang harus mereka keluarkan. Kalau seperti ini terus, kapan PLN akan maju jika didalam perusahaannya masih terdapat oknum-oknum yang tidak jujur dan merugikan masyarakat?

Setelah rumah baru kami tinggali, selang kurang dari 2 bulan, listrik tempat kami sering tidak stabil. Listrik di ruangan satu menyala tapi di lain ruangan padam. Kami segera menghubungi oknum PLN dan tenaga teknis yang memasang listrik sebelumnya. Tapi mereka terkesan lepas tangan, alasannya sedang berada di luar kota. Padahal kalau harus membayar lagi pun kami siap menanggungnya. Karena ini masalah listrik, kami tidak mau main-main karena khawatir ada yang tidak beres dalam instalasi dan bisa membahayakan jiwa kami. Kami segera mengadukan masalah dengan menelpon customer service PLN, waktu itu yang mengangkat telepon bicaranya santun dan kooperatif sekali, dia menjawab akan segera menindaklanjuti permasalahan kami. Benar sekali, kurang dari 2 jam setelah menelpon ada dua petugas PLN yang datang. Yang satu sudah agak berumur, mungkin hampir 60 tahunan kalau dilihat dari perawakannya, yang satunya lebih muda mungkin sekitar 40-50 tahunan. Saat itu saya hanya berdua dengan anak saya, suami masih di kantor. Petugas PLN yang lebih muda mengetuk pintu dan mengkonfirmasi nama saya dan isi pengaduan. Saya membenarkan dan mulai menjelaskan permasalahan yang sering kami alami dua hari terakhir itu. Petugas yang lebih muda itu agak sinis ketika tahu bahwa permasalahan yang terjadi ternyata ada di dalam rumah, dan setelah diteliti petugas yang lebih tua terjadi kerusakan pada sekering listrik. Saya yang menjelaskan dengan baik-baik, ternyata tanggapannya menjadi kurang baik setelah tahu kerusakan ada di dalam rumah. Petugas itu mengatakan dengan nada sinis, urusan PLN hanya sampai pada meteran dan kerusakan di luar, sedangkan kerusakan yang ada di dalam rumah bukan lagi wewenang PLN. Saya menanggapinya dengan tersenyum, lantas saya harus minta bantuan pada siapa, Pak?. Sedangkan kami jujur saja tidak tahu tentang listrik, daripada nanti sok tahu dan malah berakibat fatal, kan PLN juga yang kena, dan kami tak berkeberatan bila harus membayar, gumam saya saat itu. Untungnya, petugas yang satunya, yaitu bapak yang lebih tua sangat sabar. Beliau rela masuk ke rumah saya dan membongkar sekering listrik. Beliau berkata dengan bijaknya, "Mbak, ini sekering yang sebelah kanan sudah aus, sebaiknya diganti biar listriknya tak bermasalah lagi". Di rumah kami memang dipasang dua sekering, itu sebabnya ketika salah satu ruangan mati, ruang lainnya tetap menyala karena ruangan yang mati ternyata sekeringnya sudah aus meski masih tergolong baru. Setidaknya saat itu saya lega, permasalahan listrik yang mati separo bukan karena instalasi yang tak beres, namun karena masalah pada sekering. Akhirnya, sekering saya memang harus diganti, petugas yang lebih muda masih dengan agak sinis berkata, "Sekeringnya mau diganti atau tidak, kalau mau diganti nanti ku carikan. Harganya 40 ribu, gimana?", tanyanya masih dengan sinis. "Iya, pak, saya bersedia mengganti", jawab saya. Petugas yang tua masih sibuk mengecek sekering satunya, dan kata beliau masih bagus. Petugas yang lebih muda segera pergi ke toko listrik terdekat dan tak berapa lama kemudian datang. Dia menyerahkan begitu saja sekering itu pada petugas tua, dan dengan sabar dan telatennya petugas tua memasang dan mengecek kembali. Petugas yang lebih muda, masih pada pendiriannya tak mau masuk rumah saya, karena dia beranggapan masalah sekering bukan kewenangan PLN, namun berbeda dengan petugas yang lebih tua, beliau begitu sabar, ramah dan yang pasti mau masuk ke rumah saya untuk membongkar sekering lama dan memasang kembali sekering baru. Terimakasih ya, Pak, sayang sekali saya tidak tahu nama Bapak. Bapak petugas yang tua itu benar-benar baik, mau berbagi dengan ilmu dan tenaganya, dan dari petugas yang lebih muda saya pun mulai tahu bahwa masalah listrik dalam rumah bukan kewenangan PLN, namun tak ada salahnya juga bila bisa membantu warga yang membutuhkan, bukan? Hitung-hitung beramal shaleh seperti Bapak petugas yang tua tadi. Dan akhirnya, listrik di rumahku stabil lagi berkat bantuan bapak itu. Saya yakin, masih banyak pegawai PLN yang baik seperti bapak petugas yang tua tadi.

Dari berbagai pengalaman pribadi ini, saya mempunyai banyak sekali harapan untuk PLNPLN yang merupakan satu-satunya badan yang ditunjuk pemerintah dalam memasok listrik di seluruh penjuru tanah air, harus benar-benar menjaga amanahnya dengan melayani masyarakat yang membutuhkan, meningkatkan etos kerja, menjauhkan diri dari mental korup, karena masyarakat diam-diam menilai, siapa yang jujur ataupun tidak. Para petugas PLN carilah rezeki yang halal dan berkah, jangan mendzalimi warga dengan mengambil keuntungan yang tidak semestinya. Kalian sudah dibayar oleh negara, jangan lagi mencari keuntungan dari pungutan yang tidak jelas. Sekali lagi, masyarakat sangat cerdas, meski kami hanya diam ketika didzalimi bukan berarti kami tidak tahu kemungkaran itu, kami mendoakan yang terbaik.

Saya sangat mengapresiasi PLN yang kini dengan tekad barunya akan menjalankan praktek penyelenggaraan korporasi yang bersih dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sekaligus menegakkan Good Corporate Governance (GCG) dan anti korupsi dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat. Ini sangat penting, karena praktek KKN yang seperti membudaya membuat kepercayaan masyarakat luntur dan bahkan terperosok ke titik nadir. Dan tentunya, masyarakat butuh bukti konkret bukan hanya janji. Saya yakin, dengan motivasi PLN yang akan berbuat lebih baik untuk negeri pasti akan didukung semua elemen masyarakat. Masyarakat adalah hakim yang paling adil, bila para pegawai PLN jujur tentu masyarakat akan respect, dan demikian sebaliknya. Ayo, PLN, bersihkan lingkunganmu dari para pegawai nakal.

Sebagai masyarakat yang baik, tentunya kita tak hanya bisa mengkritik, namun juga bersumbangsih, yaitu salah satunya dengan mendukung program pemerintah dalam menggalakkan penghematan energi listrik. Dengan menghemat listrik, tentunya biaya yang akan kita keluarkan untuk membayar listrik menjadi lebih ringan, yang pada akhirnya juga akan mengurangi jatah subsidi pemerintah pada masyarakat untuk kebutuhan listrik, sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk mensubsidi bidang lain yang sama pentingnya dengan kebutuhan dasar listrik ini.

Tulisan ini saya tulis dalam rangka mengikuti lomba AKU dan PLN yang diadakan PLN, semoga bermanfaat yaa...PLN :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar