Perusahaan Listrik Negara (PLN),
merupakan sebuah BUMN yang mengurusi segala bidang kelistrikan yang ada
di Indonesia dan dipimpin oleh seorang Direktur. Kini, Direktur
Utamanya adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan yang kini menjadi
menteri BUMN. Mengupas tentang seluk beluk PLN
tentu akan ada pro dan kontra, ada kesan positif dan negatif. Dan saya
sebagai masyarakat awam juga mempunyai pandangan yang sama dengan
kebanyakan masyarakat lainnya tentang PLN, ada pandangan baik dan buruknya.
Sesuai dengan motto PT PLN persero yaitu Listrik untuk kehidupan yang lebih baik, maka keberadaan PLN
sebagai pusat penyalur listrik yang ditunjuk pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat.
Kebutuhan masyarakat akan salah satu kebutuhan dasar ini begitu besar.
Dengan listrik, seperti membuka cakrawala dunia. Orang lebih melek
teknologi, salah satunya karena adanya suplay listrik yang memadai.
Dengan listrik, orang bisa menghidupkan televisi, radio, komputer,
laptop, dan gadget lainnya. Dan melalui media-media tersebut pengetahuan
masyarakat akan segala macam ilmu begitu mudah diakses dan terserap.
Benar adanya, bila listrik sangat berperan dalam menerangi kehidupan
masyarakat dari gulita malam dalam artian yang sebenarnya, dan menerangi
masyarakat dari gulita kebodohan dalam artian yang lebih luas.
Saya
pernah jalan-jalan di suatu daerah yang cukup terpencil di DIY,
daerahnya berbukit kapur dengan kemiringan lereng agak curam dan tandus,
namun jaringan listriknya sangat bagus meski penduduknya sangat jarang.
Ada banyak sekali Tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Ini ada fotonya, saya ambil setahun yang lalu dari bukit SananSari
Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya pernah memperoleh informasi dari warga
bahwa Tower SUTET yang tertancap di daerah ini menyuplai kebutuhan
energi listrik sebagian daerah di DIY.
Gambar Tower SUTET di Sanansari, Piyungan, Bantul, DIY.
Saya berekreasi alam bersama anak
dan suami, melihat bentang lahan di perbukitan karst tersebut. Anak saya
yang saat itu masih berumur 2,5 tahun dan mempunyai keingintahuan yang
luar biasa dengan jaringan listrik bertanya tentang ini-itu. Ini ada
fotonya, ketika saya yang mempunyai pengetahuan yang minim tentang
kelistrikan harus menjawab pertanyaan anak yang kritis.
Gambar ketika saya menjelaskan apa itu SUTET kepada anak saya, Attar.
Tak dapat dipungkiri, peran PLN
begitu besar dalam pembangunan Indonesia. Listrik sangat vital karena
berjasa dalam menggerakkan roda kehidupan perekonomian di Indonesia.
Terutama di kota-kota besar, keberadaan listrik menjadi hal yang mutlak,
karena disinilah pusat perekonomian dan perdagangan yang menghasilkan
income terbesar dan menyedot perhatian sebagian besar masyarakat.
Memang, belum 100% daerah yang teraliri listrik di penjuru tanah air
ini. Masih ada daerah-daerah lain di negeri ini, yang konon lebih dari
20% yang belum bisa menikmati energi listrik. Tentunya, ini menjadi
pekerjaan rumah bagi PLN untuk
memeratakannya, karena setiap anak bangsa mempunyai hak yang sama untuk
menikmatinya. Sungguh prihatin sekali di jaman yang merdeka ini masih
saja dijumpai masyarakat yang terbelenggu belum bisa menikmati kemajuan
teknologi yang sudah demikian pesat gara-gara belum mendapatkan aliran
listrik di daerahnya.
Meski daerah tempat tinggal saya
sudah teraliri listrik sejak puluhan tahun yang lalu, namun bukan
berarti mulus-mulus saja tanpa kendala. Di daerah saya, sering sekali
listrik dipadamkan tanpa alasan yang jelas. Cuaca cerah, tak ada angin,
tak ada hujan, tiba-tiba langsung mati begitu saja hingga berjam-jam.
Padahal kebutuhan sehari-hari kebanyakan sudah sangat tergantung pada
listrik, terutama kebutuhan untuk air, air adalah hal yang sangat vital
apalagi saya punya anak kecil, yang setiap saat keluar masuk toilet. Dan
rata-rata semua sangat tergantung pada ketersediaan listrik. Mungkin
kalau listrik dipadamkan dalam rentang 30 menit sampai 1 jam masih bisa
ditolerir, namun jika dipadamkan berjam-jam tentu sangat mengganggu,
bahkan pernah lebih dari 6 jam dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Pernah, dulu saya menelpon karena listrik dipadamkan terlalu lama,
petugas PLN dengan enteng
menjawab bahwa pemadaman listrik sudah disampaikan ke pemerintah desa
beberapa hari sebelumnya. Entah benar atau tidaknya bahwa informasi
pemadaman listrik sudah dilaporkan ke pemerintah desa menjadi tanda
tanya bagi. Karena kami tidak pernah diberitahu oleh pemerintah desa
setempat setiap akan adanya pemadaman listrik, yang berarti sangat
mengganggu kepentingan orang banyak, bukan?. Kalau seperti ini siapa
yang patut disalahkan, PLN-kah
atau pemerintah desa-kah?. Kalau masyarakat desa seperti saya ini tidak
pernah mendapat pemberitahuan dari pemerintah desa, lalu apakah PLN
akan terus melaporkan adanya pemadaman listrik hanya kepada pemerintah
desa? Tidak bisakah membuat informasi yang disampaikan melalui media
cetak maupun elektronik lokal yang mengabarkan tentang akan adanya
pemadaman listrik, agar masyarakat yang tidak pernah mendapatkan
informasi dari pemerintah desa bisa memperoleh informasi dari pihak
lain, dalam hal ini media. Dan beberapa tahun terakhir ini, saya akui
sudah lumayan membaik, sudah jarang terjadi pemadaman, kalaupun padam
hanya sebentar dan tak lebih dari satu jam. Untuk yang satu ini saya
cukup mengapresiasi, semoga ke depannya jauh lebih baik lagi yaa, PLN :).
Sekarang saya akan mengulas tentang
biaya pemasangan listrik baru. Sebenarnya, berapa sih tarif biaya resmi
pemasangan listrik baru itu?. Kenapa bisa berbeda-beda antara orang satu
dengan lainnya, padahal daya yang dipakai sama. Dalam hal ini, saya
ingin berbagi cerita tentang berbagai pengalaman saat pasang listrik
baru. Beberapa hari yang lalu, saya membaca status seorang teman di
jejaring sosial, dia mengeluhkan biaya pasang baru listrik yang cukup
mahal, untuk 900 VA dimintai biaya 1,6 juta, dan tak lama setelah dia
memposting tulisannya komentarpun berdatangan. Teman-temannya yang juga
baru saja pasang baru dengan daya 900 VA berbagi informasi, ada yang
diminta membayar biaya 1,9 juta, 1,5 juta dan yang termurah 1,3 juta.
Sekali lagi, yang menjadi pertanyaan, kenapa bisa berbeda-beda. Dan, tak
perlu jauh-jauh menilik status teman saya yang diposting di jejaring
sosial, bahkan saya pun pernah punya pengalaman yang sama. Setahun lalu,
setelah rumah baru kami selesai dibangun, kami pasang listrik berdaya
900 VA, dan setelah diakumulasi dari biaya penyambungan, pemasangan dan
material listriknya menghabiskan dana nyaris 3 juta, cukup fantastis,
bukan?. Setelah oknum PLN dan
tenaga teknisnya selesai menyambung dan memasang, kami diberi tanda
bukti setoran, saya yang pertama kali membacanya dan disitu tertulis
bahwa biaya yang harus dikeluarkan hanya Rp. 678.000 (Biaya penyambungan
Rp. 675.000 + biaya meterai Rp. 3000). Jujur saja, kami tidak mau
berdebat, karena uang sudah terlanjur kami berikan, tak mungkin kami
minta kembali. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, untuk tidak
tergesa-gesa mengambil keputusan. Kami benar-benar merasa dikibuli oleh
oknum PLN tersebut, dia mencari untung yang tidak halal karena tanpa sepersetujuan kami terlebih dahulu. Dan yang membuat miris, oknum PLN
tersebut masih sangat muda, bahkan jauh lebih muda dibanding saya dan
suami, tapi watak mudanya sudah terkotori oleh korupsi. Ini baru
pengalaman yang memasang dengan daya 900 VA, bagaimana dengan daya yang
lain? Tentu masyarakat punya jawaban sendiri-sendiri pula tentang biaya
yang harus mereka keluarkan. Kalau seperti ini terus, kapan PLN akan maju jika didalam perusahaannya masih terdapat oknum-oknum yang tidak jujur dan merugikan masyarakat?
Setelah
rumah baru kami tinggali, selang kurang dari 2 bulan, listrik tempat
kami sering tidak stabil. Listrik di ruangan satu menyala tapi di lain
ruangan padam. Kami segera menghubungi oknum PLN
dan tenaga teknis yang memasang listrik sebelumnya. Tapi mereka
terkesan lepas tangan, alasannya sedang berada di luar kota. Padahal
kalau harus membayar lagi pun kami siap menanggungnya. Karena ini
masalah listrik, kami tidak mau main-main karena khawatir ada yang tidak
beres dalam instalasi dan bisa membahayakan jiwa kami. Kami segera
mengadukan masalah dengan menelpon customer service PLN,
waktu itu yang mengangkat telepon bicaranya santun dan kooperatif
sekali, dia menjawab akan segera menindaklanjuti permasalahan kami.
Benar sekali, kurang dari 2 jam setelah menelpon ada dua petugas PLN
yang datang. Yang satu sudah agak berumur, mungkin hampir 60 tahunan
kalau dilihat dari perawakannya, yang satunya lebih muda mungkin sekitar
40-50 tahunan. Saat itu saya hanya berdua dengan anak saya, suami masih
di kantor. Petugas PLN yang
lebih muda mengetuk pintu dan mengkonfirmasi nama saya dan isi
pengaduan. Saya membenarkan dan mulai menjelaskan permasalahan yang
sering kami alami dua hari terakhir itu. Petugas yang lebih muda itu
agak sinis ketika tahu bahwa permasalahan yang terjadi ternyata ada di
dalam rumah, dan setelah diteliti petugas yang lebih tua terjadi
kerusakan pada sekering listrik. Saya yang menjelaskan dengan baik-baik,
ternyata tanggapannya menjadi kurang baik setelah tahu kerusakan ada di
dalam rumah. Petugas itu mengatakan dengan nada sinis, urusan PLN hanya sampai pada meteran dan kerusakan di luar, sedangkan kerusakan yang ada di dalam rumah bukan lagi wewenang PLN.
Saya menanggapinya dengan tersenyum, lantas saya harus minta bantuan
pada siapa, Pak?. Sedangkan kami jujur saja tidak tahu tentang listrik,
daripada nanti sok tahu dan malah berakibat fatal, kan PLN
juga yang kena, dan kami tak berkeberatan bila harus membayar, gumam
saya saat itu. Untungnya, petugas yang satunya, yaitu bapak yang lebih
tua sangat sabar. Beliau rela masuk ke rumah saya dan membongkar
sekering listrik. Beliau berkata dengan bijaknya, "Mbak, ini sekering
yang sebelah kanan sudah aus, sebaiknya diganti biar listriknya tak
bermasalah lagi". Di rumah kami memang dipasang dua sekering, itu
sebabnya ketika salah satu ruangan mati, ruang lainnya tetap menyala
karena ruangan yang mati ternyata sekeringnya sudah aus meski masih
tergolong baru. Setidaknya saat itu saya lega, permasalahan listrik yang
mati separo bukan karena instalasi yang tak beres, namun karena masalah
pada sekering. Akhirnya, sekering saya memang harus diganti, petugas
yang lebih muda masih dengan agak sinis berkata, "Sekeringnya mau
diganti atau tidak, kalau mau diganti nanti ku carikan. Harganya 40
ribu, gimana?", tanyanya masih dengan sinis. "Iya, pak, saya bersedia
mengganti", jawab saya. Petugas yang tua masih sibuk mengecek sekering
satunya, dan kata beliau masih bagus. Petugas yang lebih muda segera
pergi ke toko listrik terdekat dan tak berapa lama kemudian datang. Dia
menyerahkan begitu saja sekering itu pada petugas tua, dan dengan sabar
dan telatennya petugas tua memasang dan mengecek kembali. Petugas yang
lebih muda, masih pada pendiriannya tak mau masuk rumah saya, karena dia
beranggapan masalah sekering bukan kewenangan PLN,
namun berbeda dengan petugas yang lebih tua, beliau begitu sabar, ramah
dan yang pasti mau masuk ke rumah saya untuk membongkar sekering lama
dan memasang kembali sekering baru. Terimakasih ya, Pak, sayang sekali
saya tidak tahu nama Bapak. Bapak petugas yang tua itu benar-benar baik,
mau berbagi dengan ilmu dan tenaganya, dan dari petugas yang lebih muda
saya pun mulai tahu bahwa masalah listrik dalam rumah bukan kewenangan PLN,
namun tak ada salahnya juga bila bisa membantu warga yang membutuhkan,
bukan? Hitung-hitung beramal shaleh seperti Bapak petugas yang tua tadi.
Dan akhirnya, listrik di rumahku stabil lagi berkat bantuan bapak itu.
Saya yakin, masih banyak pegawai PLN yang baik seperti bapak petugas yang tua tadi.
Dari berbagai pengalaman pribadi ini, saya mempunyai banyak sekali harapan untuk PLN. PLN
yang merupakan satu-satunya badan yang ditunjuk pemerintah dalam
memasok listrik di seluruh penjuru tanah air, harus benar-benar menjaga
amanahnya dengan melayani masyarakat yang membutuhkan, meningkatkan etos
kerja, menjauhkan diri dari mental korup, karena masyarakat diam-diam
menilai, siapa yang jujur ataupun tidak. Para petugas PLN
carilah rezeki yang halal dan berkah, jangan mendzalimi warga dengan
mengambil keuntungan yang tidak semestinya. Kalian sudah dibayar oleh
negara, jangan lagi mencari keuntungan dari pungutan yang tidak jelas.
Sekali lagi, masyarakat sangat cerdas, meski kami hanya diam ketika
didzalimi bukan berarti kami tidak tahu kemungkaran itu, kami mendoakan
yang terbaik.
Saya sangat mengapresiasi PLN
yang kini dengan tekad barunya akan menjalankan praktek penyelenggaraan
korporasi yang bersih dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), sekaligus menegakkan Good Corporate Governance (GCG)
dan anti korupsi dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat. Ini
sangat penting, karena praktek KKN yang seperti membudaya membuat
kepercayaan masyarakat luntur dan bahkan terperosok ke titik nadir. Dan
tentunya, masyarakat butuh bukti konkret bukan hanya janji. Saya yakin,
dengan motivasi PLN yang akan
berbuat lebih baik untuk negeri pasti akan didukung semua elemen
masyarakat. Masyarakat adalah hakim yang paling adil, bila para pegawai PLN jujur tentu masyarakat akan respect, dan demikian sebaliknya. Ayo, PLN, bersihkan lingkunganmu dari para pegawai nakal.
Sebagai
masyarakat yang baik, tentunya kita tak hanya bisa mengkritik, namun
juga bersumbangsih, yaitu salah satunya dengan mendukung program
pemerintah dalam menggalakkan penghematan energi listrik. Dengan
menghemat listrik, tentunya biaya yang akan kita keluarkan untuk
membayar listrik menjadi lebih ringan, yang pada akhirnya juga akan
mengurangi jatah subsidi pemerintah pada masyarakat untuk kebutuhan
listrik, sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk mensubsidi bidang
lain yang sama pentingnya dengan kebutuhan dasar listrik ini.
Tulisan ini saya tulis dalam rangka mengikuti lomba AKU dan PLN yang diadakan PLN, semoga bermanfaat yaa...PLN :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar